Medialiputan6.com, Nabire, Papua Tengah – Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Tengah, Agustinus Anggaibak, S.M., menegaskan pentingnya pembangunan infrastruktur yang layak di Nabire sebagai wajah ibu kota provinsi.
Agustinus menyampaikan pesannya dengan penuh emosional melalui unggahan video di media sosial TikTok. Unggahan itu langsung menarik perhatian publik, sebab ia menilai pembangunan yang berlangsung saat ini, terutama pelebaran jalan dari Nabire Kota menuju Bandara Baru, belum mencerminkan standar sebuah ibu kota provinsi.
“Kalau pelebaran jalan hanya dua meter, itu seperti kita bermain-main membangun negeri ini. Jangan takut habis uang atau habis tanah. Tanah Papua ini luas, uang APBD kita juga besar. Maka gunakan untuk pembangunan yang benar, supaya masyarakat bisa menikmatinya,” tegasnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Agustinus, pemerintah provinsi maupun kabupaten harus berani mengambil keputusan strategis. Salah satunya melalui pembebasan lahan dengan ganti rugi yang adil. Dengan begitu, pembangunan jalan dan jembatan tidak hanya berdiri sebagai proyek, tetapi juga menjadi warisan nyata bagi generasi mendatang.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa status Nabire sebagai ibu kota provinsi menuntut adanya fasilitas dan infrastruktur yang lebih besar serta lebih representatif.
“Kalau jalannya kecil-kecil seperti dulu waktu masih kabupaten, itu memalukan. Pemerintah provinsi maupun kabupaten harus benar-benar serius, jangan asal bangun, asal bapak senang,” ujarnya.
Di sisi lain, Agustinus mengajak semua pihak membangun Papua Tengah dengan visi yang jelas dan hati nurani yang bersih. Menurutnya, pembangunan bukan sekadar urusan beton dan aspal, tetapi juga menyangkut martabat masyarakat Papua.
“Kita makan, minum, bahkan mati pun di atas tanah ini. Jadi mari bangun daerah ini dengan hati nurani yang benar. Jalan menuju bandara itu harus dilebarkan lima meter ke kiri dan lima meter ke kanan. Itu baru jalan besar yang layak untuk ibu kota provinsi,” pungkasnya.
Pernyataan Agustinus menjadi cermin dari kerinduan masyarakat Papua Tengah terhadap pembangunan yang adil dan bermakna. Suara lantang itu seolah mengingatkan bahwa jalan yang kokoh bukan hanya sekadar infrastruktur, melainkan juga simbol persatuan, kemajuan, dan harapan baru bagi generasi Papua ke depan. (Aw-Alvira)