Medialiputan6.com, Nabire, Papua Tengah – Suasana malam di kawasan Tapioka, Jalan Manyar, Kelurahan Siriwini, mendadak berubah menjadi duka. Warga sekitar dikejutkan dengan penemuan seorang laki-laki yang sudah tidak bernyawa di dalam kamar kosnya pada Senin malam (7/10/2025). Peristiwa itu seolah menjadi pengingat bahwa hidup manusia penuh misteri dan setiap napas memiliki batasnya.
Setelah laporan warga masuk, aparat Polres Nabire segera bergerak ke lokasi dan mengevakuasi jenazah korban ke RSUD Nabire. Namun, pihak keluarga korban yang tinggal di wilayah Kilo 100 menolak dilakukan visum et repertum.
Kasat Reskrim Polres Nabire, Iptu Habibi Cenderawasi Salosa, S.Tr.K., S.I.K., menjelaskan bahwa keputusan keluarga tersebut diambil karena korban sebelumnya telah lama menderita sakit.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Benar, pihak keluarga korban menolak untuk dilakukan visum. Mereka menyampaikan bahwa almarhum sebelumnya memang sudah mengalami sakit,” ujar Iptu Habibi, Selasa (8/10/2025).
Penolakan visum itu kemudian dituangkan dalam surat pernyataan resmi, sehingga proses pemeriksaan medis tidak dilanjutkan.
“Karena keluarga sudah membuat surat pernyataan penolakan visum, kami menghormati keputusan tersebut sesuai prosedur hukum yang berlaku,” tambahnya.
Penemuan jenazah yang terjadi sekitar pukul 23.00 WIT sempat mengundang rasa cemas di lingkungan sekitar. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan awal di tempat kejadian, polisi memastikan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
“Hasil pemeriksaan luar oleh petugas di TKP tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. Namun kami tetap mencatat dan mendokumentasikan kejadian tersebut sebagai bahan laporan resmi,” jelas Kasat Reskrim.
Dengan hasil pemeriksaan itu, pihak kepolisian menegaskan bahwa kasus tersebut bukan tindak pidana, melainkan kematian alami akibat sakit.
Setiap peristiwa duka menyimpan makna mendalam. Kepergian korban berinisial MS menjadi cermin betapa rapuhnya kehidupan. Di tengah kesibukan dan rutinitas, manusia sering lupa memperhatikan kondisi tubuh dan kesehatan.
Namun, di sisi lain, tindakan keluarga yang tegar dan keputusan polisi yang menghormati proses hukum menunjukkan adanya nilai kemanusiaan dan empati yang kuat di tengah masyarakat Nabire.
Hidup memang tidak bisa ditebak, tetapi setiap kehilangan selalu mengajarkan kita tentang pentingnya peduli, menghargai, dan menyayangi mereka yang masih ada di sekitar kita. (Aw)