Medialiputan6.com, Papua Tengah — Di tengah hiruk-pikuk dinamika sosial yang sering kali melupakan mereka yang lemah, kisah seorang anak kecil bernama Ronaldo Aweyda Yogi (8) menjadi pengingat bahwa kasih dan kepedulian masih hidup di Tanah Papua. Pemerintah Provinsi Papua Tengah melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) menunjukkan wujud nyata kehadiran negara dengan memulangkan Ronaldo, anak yatim piatu asal Nabire, yang terlantar hampir setahun di Gereja Pelayanan Kristen Petra, Binjai Barat, Sumatera Utara.
Langit Nabire menyambut haru kedatangan bocah kecil itu. Di bawah koordinasi langsung Kadinsos P3A Papua Tengah, Roni Misikmbo, S.Sos, rombongan pemerintah berangkat ke Binjai pada Selasa, 7 Oktober 2025 untuk menjemput Ronaldo.
Setelah menempuh perjalanan panjang dan penuh makna, mereka tiba kembali di Nabire pada Kamis, 9 Oktober 2025, sebelum akhirnya menyerahkan Ronaldo kepada keluarganya di Kantor Dinas Sosial P3A Papua Tengah pada Selasa, 14 Oktober 2025.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Roni Misikmbo menuturkan bahwa misi kemanusiaan ini berawal dari laporan resmi Dinas P3A Provinsi Papua, UPT Dinsos Binjai, serta pihak gereja yang menampung Ronaldo. Setelah menerima instruksi dari pimpinan daerah, pihaknya langsung bergerak cepat tanpa menunggu waktu lama.
“Kami segera berangkat karena menyadari bahwa setiap anak Papua berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang keluarga,” ujar Roni dengan nada tegas namun penuh empati.
Momen penyerahan itu berlangsung penuh kehangatan dan air mata. Yonda Gobai, kakek dari Ronaldo, memeluk cucunya dengan rasa syukur yang sulit diungkapkan. Ia menuturkan betapa rindunya keluarga terhadap Ronaldo dan betapa besar arti kepedulian pemerintah bagi mereka.
“Kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Papua Tengah, khususnya kepada Bapak Gubernur Meki Nawipa, Bapak Wakil Gubernur Deinas Gelay, serta Bapak Kadinsos P3A dan Ibu Salomina Gobai, SE. Berkat mereka, cucu kami bisa kembali ke rumah dengan selamat,” ujar Yonda dengan mata berkaca-kaca.
Selain itu, Yonda Gobai juga menyampaikan harapan agar pemerintah terus memperhatikan nasib anak-anak yatim piatu di Papua Tengah. Ia berharap ke depan dapat dibangun panti asuhan sebagai tempat perlindungan yang layak bagi mereka yang kehilangan orang tua.
Langkah cepat pemerintah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Gabriel Wakerkwa, anggota Komisi V DPR Papua Tengah. Ia menilai tindakan ini menunjukkan kehadiran negara yang sesungguhnya di tengah masyarakat, khususnya bagi anak-anak Papua yang membutuhkan perlindungan.
“Kita patut bangga karena Dinas Sosial P3A dan jajaran pemerintah provinsi bergerak cepat dan peduli. Ini bukti bahwa pemerintah Papua Tengah tidak tinggal diam terhadap persoalan sosial,” tegasnya.
Di sisi lain, Gabriel juga mendorong agar perhatian terhadap kesejahteraan anak Papua terus menjadi prioritas utama pemerintah, sebab generasi muda hari ini adalah penentu masa depan tanah Papua.
Ronaldo bukan sekadar anak yang bertahan dalam keterbatasan. Dari hasil penelusuran Dinsos, diketahui bahwa selama berada di Binjai, ia dikenal sebagai anak yang cerdas, rajin, dan aktif dalam kegiatan sekolah maupun pelayanan gereja. Pihak gereja bahkan menyebut Ronaldo sering membantu teman-temannya belajar dan menunjukkan semangat luar biasa meskipun hidup jauh dari keluarga.
“Informasi dari gereja sangat mengharukan. Ronaldo selalu tersenyum, selalu berdoa, dan punya semangat tinggi untuk belajar. Itu menunjukkan bahwa keteguhan hati anak ini luar biasa,” kata Roni Misikmbo.
Kini, Dinsos P3A Papua Tengah tengah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire agar Ronaldo segera bisa melanjutkan pendidikan di sekolah barunya. Langkah ini menjadi bentuk komitmen pemerintah untuk memastikan hak belajar setiap anak Papua terpenuhi tanpa hambatan.
Dengan suara pelan namun penuh makna, Ronaldo mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menolongnya. Di matanya yang polos, terlukis rasa haru sekaligus bahagia bisa kembali ke rumah.
“Terima kasih kepada Bapak Gubernur, Bapak Wakil Gubernur, dan Bapak Kadinsos P3A. Terima kasih juga untuk Ibu Kepala Bidang dan semua yang menjemput saya. Tuhan memberkati Bapak dan Ibu semua,” ucap Ronaldo lirih sambil tersenyum.
Meskipun tubuhnya kecil, keberanian dan ketulusannya memberi pelajaran besar bahwa setiap anak layak diperjuangkan. Ia kini menjadi simbol harapan bagi banyak anak Papua lainnya yang masih menanti uluran tangan pemerintah dan masyarakat.
Kisah Ronaldo Yogi bukan hanya tentang seorang bocah yang dipulangkan, tetapi juga tentang kehadiran negara dalam arti yang sesungguhnya. Pemerintah Provinsi Papua Tengah melalui Dinsos P3A menegaskan komitmennya untuk menjaga, melindungi, dan membimbing anak-anak Papua agar tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, dan berkarakter.
“Setiap anak Papua adalah masa depan tanah ini. Pemerintah akan terus hadir, tidak hanya memulangkan mereka, tetapi juga memastikan mereka tumbuh dalam kasih dan kesempatan yang sama.”
Pada akhirnya, kepulangan Ronaldo bukan sekadar perjalanan dari Binjai ke Nabire, tetapi juga perjalanan dari keterlupaan menuju harapan baru — harapan tentang Papua Tengah yang lebih peduli, berperikemanusiaan, dan selalu menempatkan anak-anak sebagai pusat masa depan. (Aw-Alvira)





















