
Medialiputan6.com, Nabire, Papua Tengah – Lomba Tari Yosim Pancar tingkat SMP dan SMA se-Kabupaten Nabire yang digelar Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga mengangkat tema “Budaya Identitas Bangsaku”. Kegiatan ini berlangsung di Aula Wicaksana Polres Nabire, Selasa (26/8/2025) dengan meriah.
Dalam pembukaan acara, Sanggar Tari Ipang Bahuromi menampilkan tarian kreasi berjudul “Maneta” dengan penata tari Marco Koropasi. “Maneta” dalam bahasa pesisir Nabire berarti mencari teman. Tarian ini mengisahkan pertemuan antar suku yang hidup bersama, membangun kampung, hingga berkembang menjadi distrik, kabupaten bahkan provinsi.
Gerakan khas seperti meletakkan tangan di bahu menggambarkan kebersamaan dan persatuan, sementara musik pengiring tetap natural dengan perpaduan tifa, suling, dan gitar, serta lagu berbahasa daerah Papua yang ditutup dengan bahasa Wate “iye nere nere ura se” atau “mari kita pulang”.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut tim penampil, setiap tarian daerah lahir dari budaya dengan karakter khas masing-masing suku. Dari barat hingga timur Nusantara, ciri khas itulah yang menjadi aset budaya yang harus diangkat. Yosim Pancar tetap dijalankan, namun tarian kreasi seperti Maneta membuktikan bahwa budaya asli juga bisa dihidupkan kembali agar tidak tergeser oleh dominasi budaya populer.
“Kalau budaya daerah yang sudah bertahan lama di Kabupaten Nabire tidak kita pelihara, maka identitas itu bisa hilang. Hidup tanpa budaya sia-sia saja, sebab budaya adalah nafas yang membuat kita berkembang,” ungkap marko.
Penampilan ini juga menunjukkan kolaborasi antar-sanggar tari di Nabire seperti Nuh Ragi, KeltoMini, Tabura Emas, dan Papa Sonar, yang bersatu menghadirkan karya bersama.
Tarian “Maneta” bukan sekadar pertunjukan, melainkan pesan abadi bahwa persahabatan dan persatuan adalah fondasi yang membentuk kampung, kabupaten, hingga provinsi. Dari gerak sederhana lahir makna mendalam: perbedaan bukan pemisah, melainkan kekuatan untuk membangun masa depan bersama. (Aw)