Medialiputan6.com, Nabire, Papua Tengah – Malam Sabtu, 27 September 2025, perairan Pantai Labani, Samabusa, berubah menjadi panggung dramatis ketika Kapal Pengawas Laut dan Pelayaran KN.P.492 milik KPLP terseret gelombang tinggi. Tali jangkar kapal putus saat lego jangkar, membuat kapal kehilangan kendali dan hanyut ke arah bibir pantai di dekat Markas Komando (Mako) Lanal Nabire.
Gelombang terus menghantam, arus deras mendorong kapal mendekat ke daratan. Situasi itu membuat ancaman kerusakan semakin nyata. Namun, di tengah kepanikan, semangat untuk menyelamatkan kapal dan menjaga keselamatan tetap menyala.
Personel Lanal Nabire tidak tinggal diam. Bersama masyarakat pesisir Pantai Labani, mereka turun tangan melawan amukan laut. Dengan penuh keberanian, mereka berjibaku menarik, menahan, dan mengamankan kapal agar tidak semakin terhempas ke darat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Proses evakuasi sangat menantang karena gelombang dan arus begitu kuat. Namun berkat kerja sama TNI AL dan masyarakat, kapal akhirnya berhasil diamankan,” ungkap salah satu personel yang ikut berjuang di lapangan.
Meskipun sempat terombang-ambing, kapal KN.P.492 akhirnya dapat diselamatkan dalam kondisi utuh. Tidak ada korban jiwa, sementara kerusakan hanya terbatas pada tali jangkar.
Komandan Lanal Nabire, Letkol Laut (P) Dwi Prasetyo, S.H., M.Tr.Opsla., menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh personel dan masyarakat yang ikut berperan. Ia menegaskan bahwa kejadian ini menjadi pelajaran penting tentang arti kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi risiko pelayaran.
“Kami mengimbau kepada seluruh pengguna laut, baik nelayan, kapal pengawas, maupun kapal penumpang, agar selalu waspada terhadap gelombang tinggi dan arus laut. Pastikan peralatan kapal, khususnya jangkar dan tali, dalam kondisi baik. Selain itu, alat keselamatan wajib tersedia di atas kapal demi menjamin keamanan pelayaran,” tegas Danlanal.
Peristiwa di Pantai Labani bukan sekadar insiden laut biasa. Ia menjadi cermin tentang bagaimana kekuatan kebersamaan mampu menaklukkan tantangan alam. Di balik derasnya arus dan kerasnya gelombang, ada semangat persaudaraan yang membuat kapal KN.P.492 tetap tegak berdiri.
Pada akhirnya, kisah ini mengingatkan semua pihak bahwa laut tidak hanya membutuhkan keberanian untuk melintas, tetapi juga kesiapan teknis, kewaspadaan penuh, dan kerja sama antarmanusia. Seperti malam itu di Nabire, ketika gelombang tinggi justru memperlihatkan betapa kokohnya semangat gotong royong antara TNI AL dan masyarakat. (Aw)